Kita Lupa Untuk Apa Kita Hidup?

Pernarkah kita berfikir untuk apa kita diciptakan oleh Tuhan?, Katanya Tuhan itu Maha adil tetapi mengapa masalah datang silih berganti kepada diri kita?, dibanding tetangga, teman, sahabat atau bahkan saingan kenapa hanya kepada kita masalah tak pernah absen menghantui?.
Bukankah Tuhan itu sangat penyayang kepada semua Makhluk-Nya?. Pernah kita berfikir sejenak meluangkan waktu di tengah penat menelaah lebih dalam berusaha mengenal diri kita sendiri?, aahh.. Sayangnya di zaman yang serba instan ini kita cenderung enggan memikirkan hal – hal sepele namun kompleks seperti itu, padahal katanya manusia adalah makhluk yang paling cerdas dan sempurna dibanding hewan, malaikat dan jin, kita sering lalai dan lupa pada tugas kita sendiri sebagai manusia yaitu beribadah. Berfikir juga salah satu bentuk ibadah bukan?, aahh.. Sayangnya kita berfikir hanya saat dalam keadaan sulit saja, saat kita bahagia diberi kesenangan kita cenderung lupa siapa yang memberikannya, tak lain dan bukan adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Mari sejenak merenung berfikir dengan tenang, hilangkan semua rasa resah, kesal, marah, bimbang. Mari lupakan sejenak masalah kita, mari kita berusaha intropeksi diri, sebab masalah datang itu murni dari kita bukan dari Tuhan semata, bukankah kita tau apa yang kita lakukan akan kembali pada diri kita sendiri? Sebenarnya apa tujuan kita hidup? Apa tujuan kita diciptakan, apakah hanya untuk menghadapi menghadapi masalah, apakah hanya untuk menerima keadaan?.

Di dalam ilmu biologi hidup sendiri diartikan sebagai bergerak, bernafas dan berkembang.
Jadi, bisa dong kita artikan manusia yang tak bergerak untuk kebaikan, tak bergerak melangkahkan kaki ke masjid, tak bergerak untuk membantu orang lain, dalam setiap helaan nafasnya maksiat saja yang ia lakukan, dan tak berkembang ke arah lebih baik, sebenarnya dia sudah mati sebelum menjadi mayat, begitulah yang Guru saya ucapkan, naudzubillah. Di zaman yang serba modern ini, kita lupa bahwa tujuan kita diciptakan, dihidupkan, diberi kenikmatan oleh Tuhan adalah untuk mengemban amanah yaitu sebagai Khalifah atau pemimpin, kita terlalu sibuk membanding – bandingkan siapa yang berhak menjadi pemimpin Negeri ini hingga tak sadar menjelek – jelekkan opini orang lain, padahal kita tidak akan dapat apa – apa selain dosa kalaupun si A berhasil menang, sebenarnya kita hidup di zaman apa sih?, tak jauh beda dengan zaman jahiliyah dan zaman pra sejarah, sibuk membully orang lain di media sosial menyebar fitnah, kita bahkan lebih rendah derajatnya dibanding hewan dan seolah – olah menelanjangi diri kita sendiri. Naudzubillah.

Kita terlalu asyik mengikuti hasutan syetan hingga tak sadar sedang menyakiti saudara kita sendiri, kita lupa apa yang menjadi identitas diri kita sendiri, bukankah Rakyat indonesia itu terkenal ramah – ramah, lalu mengapa di media sosial seolah – olah saling berperang menembaki dengan peluru timah?. Seharusnya kita mampu bersikap dewasa meskipun orang lain berbeda pendapaat dengan kita, sebab seperti kata pepatah “mulutmu harimaumu” maka makin kesini istilah itupun mungkin akan berubah “jarimu harimaumu”. Berhati – hatilah dengan kata – kata sebab kata adalah Doa, seperti petuah orang zaman dulu bahwa malaikat akan meng-Amin-kan apa yang kita katakan kepada orang lain, bila kita berkata buruk pada orang lain maka itulah doa kita pada diri kita sendiri. Wallahu’alam.



Semoga Negeri ini semakin bertambah maju dan mampu mendewasakan diri sejalan dengan usianya yang 73 tahun, Amien.

#komunitasonedayonepost #ODOP_6
Postingan Selanjutnya Postingan Sebelumnya
No Comment
Add Comment
comment url