Kesempatan Itu Tidak Ada!
Semua orang pasti ingin jadi orang yang berhasil, orang yang sukses, namun kita lupa untuk berfikir dan bertanya pada diri sendiri, untuk bisa berhasil apa yang harus dikerjakan? , apa saja yang harus dikorbankan?. Selama ini kita hanya mau suksesnya doang tanpa mau bergerak memaksimalkan apa yang kita punya.
Sering kita mendengar kata "waktu akan menjawab semuanya", tapi kita lupa untuk menelaah lagi kalimat tersebut, waktu yang bagaimana?, waktu yang digunakan untuk berleha-leha, rebahan santai, atau waktu yang digunakan untuk bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik?. Kita ingin jadi orang yang berhasil, tapi tidak ada usaha untuk kesana, kita hanya ingin dan mau saja tanpa ada aksi yang berarti.
Kita ingin punya tubuh yang sehat, tapi masih suka minum - minuman bersoda, makan - makanan instant, masih suka rebahan scroll sosmed berjam - jambukannya ambil sepatu dan lari pagi. Apakah begitu caranya punya tubuh yang sehat?.
Bukankah kita tau ikhtiar dan tawakal harus berjalan beriringan, ga bisa hanya satu saja yang di jalankan, apakah masuk akal orang yang ingin punya uang, ingin membeli mobil dan bisa jalan - jalan, tapi kerjaannya cuman tiduran dan mainan hp doang?, apakah tiba - tiba langsung turun uang 1 M dari atas langit?, gak masuk akal kan?.
Saat kita sudah berikhtiar mengerahkan semua energi yang kita punya, walaupun hasilnya tidak sesuai harapan , jangan berkecil hati dan putus asa, istiqomah atau konsisten itu ialah saat kita tetap memaksa untuk melakukannya meskipun hasilnya tidak seberapa. Kita tetap memaksa untuk terus beribadah, sholat dan mengaji misalnya, walaupun pada saat tubuh lagi lelah, lagi capek, lagi badmood, lagi galau.
Peluang untuk semakin dekat yang namanya keberhasilan justru bisa didapatkan saat kita tidak berhenti, memilih untuk tetap dikerjakan walaupun tidak sempurna, walaupun masih banyak kurangnya, bukankah kita hanya manusia biasa yang lemah punya banyak kekurangan? , kalau tiba tiba langsung berhasil bukankah kita akan merasa jumawa, merasa congkak, dan enggan kembali bersujud dan berdoa meminta kepada Yang Maha Kuasa?.
Lagian berhasil atau tidak itu bukan urusan kita, itu hak Allah, kita hanya diperintahkan untuk berusaha dan berdoa, bukan menentukan hasil akhirnya seperti apa, kalau begitu bukankah kita merasa jauh lebih hebat dari Tuhan karena merecoki hak dan wewenang Tuhan?.
Masalahnya sekarang adalah apakah kita sudah berusaha semampu kita?, sudahkah kita mengerahkan semua daya dan upaya yang kita punya untuk bisa berhasil seperti apa yang kita bayangkan?, bergerak dan berusaha saja kita belum, tapi sudah pusing duluan soal berhasil atau tidaknya, terlalu jauh mikirnya!.
"Argh.. Belum ada kesempatan atau peluang! ", iya betul kesempatan tidak ada, kalau kita diam saja, bagaimana mungkin kesempatan akan datang kalau kita hanya pasrah sama keadaan?, ketika kita lapar ingin makan nasi goreng, tapi kita diam saja di kamar, berapa persen peluang untuk bisa makan nasi goreng?, coba fikir!.
Bukankah seharusnya kita keluar cari warung makan, jika malas keluar masak sendiri di dapur atau memesan layanan pesan antar makanan, kalau diam saja apakah tiba-tiba akan ada orang yang mengantarkan nasi goreng ke kamar kita memberikan sebungkus nasi goreng secara cuma - cuma?, apakah itu masuk akal?.
Coba baca kisah - kisah orang sukses terdahulu, seperti para Nabi dan Ulama, apakah mereka termasuk orang-orang yang suka bermalas - malasan?, perhatikan jam tidur mereka, tidak ada ceritanya orang sukses yang bermanja dengan rasa malasnya dan yang tidak kurang tidur, semuanya mengurangi jatah jam tidurnya.
Betul sekali Kak, kesempatan bisa hilang jika kita tidak segera mengambilnya, tidak bergerak untuk mengupayakannya.
Maka mulai sekarang, yuk mulai bergerak, ke arah yang lebih baik. :-)
betul banget kak, jika tak bergerak sendiri mau berharap pada siapa?
Pada akhirnya yang bisa menolong kita ya hanya diri kita sendiri.
inspiratif sekali kak tulisannya. Sebagai bahan perenungan di kita sedang down
Terima kasih kak, semoga kita semakin menjadi lebih baik, dan kita mudah bangkit saat merasa down.
Untuk membuat mie instan saja perlu proses seperti merebus mie, menaruh bumbu, menunggu airnya matang dan menambahkan berbagai toping yang disukai. Benar sekali kak, kesempatan tidak akan datang kalau kita diam saja
Semuanya ada proses, bahkan mie instant tidak benar benar instant.
Mulai sekarang yuk bergerak, agar semua pintu kesempatan dan peluang terbuka lebar.
Kesempatan itu seperti pilihan, selalu ada
Tapi kita bingung mau milih yang mana, karena bingung akhirnya memilih untuk tidak memilih.
Memilih untuk tidak adalah sebuah pilihan
Jangan jadi orang yang selalu mengiyakan.