Ayah, Ajarkan Aku Mencintai Negeri Ini Sama Sepertimu



Kau nyala ketika yang lain gelap
Kau genderang sebelum dicetusnya perang
Kau harmoni ketika Negeri sunyi
Kau warna ketika Dunia hampa

Cita dan cintamu untuk Negeri begitu besar,
Hingga dianggap lelucon tanpa dasar,
Dunia mengakuimu... sedang pertiwi,
Entahlah...
Tanyakan kepada baling - baling yang berputar.

Aku bingung,
Harus dengan cara apa untuk menceritakan perjuanganmu,
Agar anak cucuku kelak tau sosokmu,
Sosok yang teduh lagi meneduhkan.

Kini kau berpulang,
Meninggalkanku anak cucumu yang bimbang,
Mau dibawa kemana nasib Negeri ini?,
Aku generasi millenial,
Gencar berusul lupa dengan asal,
Berita tentangmu mungkin hanya seminggu di media sosial,
Selepas itu hilang entah kemana.

Bagiku sejarah itu angin lalu,
Usang yang hanya sekedar bayang,
Jejak para pahlawan pun jarang ku kaji ulang,
Aku masih suka berselisih,
Saudara sendiri aku sidang, kata damai seakan tak pernah dibincangkan.

Aku ingin mencintai Negeri ini sepertimu,
Tanpa goyah meski gelisah sering bertamu,
Mengenal lebih jauh bahwa Negeri ini indah,
Ajarkan aku untuk mencintai Negeri ini,
Agar Engkau bisa beristirahat dengan tenang,
Aku tak ingin menjadikanmu bagian dari sejarah yang hanya ditulis di kertas usang,
Rusak, Robek, lepas buang.

Selamat jalan Ayah,
Bapak bagi Negeri,
Pelopor kemajuan,
Terima kasih atas kerja kerasmu Prof,
Ilmuwan besar bagi Dunia.
Perjuanganmu akan ku lanjutkan,
Tekadmu akan kembali ku eratkan,
Restui cita - cita mulia ku,
Untuk menerbangkan jauh lebih tinggi sang Garuda menuju masa keemasannya. Amin...

*** BJ. Habibie (Presiden RI ke-3),
Lahir di Parepare 25 Juni 1936, wafat Rabu 11 September 2019 di RSPAD Gatot Subroto. Meninggal pada usia 83 tahun setelah dirawat hampir pekan karena gangguan organ.



(Banyuwangi, 11 September 2019, 19:45)

Postingan terkait:

14 Tanggapan untuk "Ayah, Ajarkan Aku Mencintai Negeri Ini Sama Sepertimu"

  1. Melalui pendidikan mari lahirkan Habie-habibie muda untuk membangun bangsa Indonesia tercinta♥️♥️♥️🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩💐💐💐💐💐

    BalasHapus
  2. Semoga akan segera lahir Habibie-Habibie yang luar biasa seperti Beliau di negara tercinta ini

    BalasHapus
  3. Semoga Lahir, Generasi2 seperti Beliau
    Selamat Jalan Ayah (sampai merinding saya bacanya cak)

    BalasHapus
  4. Biarlah ia terbang. Tenang. Kembali pada Tuannya, sedang disini kita merana sebab tak bisa berjasa sama.

    Selamat jalan Eyang...😢

    BalasHapus
  5. Bagus sekali pemilihan diksinya,
    Lahu alfaatihah.....

    Di akhir Kangtulisan Huda kq pake ctt Banyuwangi, apk njengn ARBAS (arek bwi asli) juga

    BalasHapus
  6. Tinggal menunggu kapan giliran kita menyusul

    BalasHapus
  7. Aamiiin ... Selamat tidur, Eyang. Kami akan melanjutkan perjuanganmu 😊

    BalasHapus
  8. Jelas dedikasinya tapi diabaikan hanya penyelam kata yang akan terus menghidupkannya hingga dikenal oleh generasi selanjutnya..

    BalasHapus
  9. Biarkanlah tulisan mengingatkan anak-anak bangsa di masa yang akan datang.

    BalasHapus
  10. Dan sang maestro burung besi itu pulang ke haribaanNya, dengan kedua sayapnya menemui sang terkasih yang menjemputnya.

    BalasHapus

Gunakan bahasa yang sopan, Anda sopan saya segan!
Mohon untuk tidak promo, kalau komentar Anda sesuai dengan isi postingan pasti saya kunjungi balik! Jangan spam!